MASA
KHULAFAUR RASYIDIN
Sejarah Khulafaur
Rasyidin
Khalifah adalah jabatan
tertinggi dalam kepemimpinan Islam pacsa Rasulullah Saw. Wafat. Mereka dipilih
oleh umat Islam melalui musyawarah. Seorang khalifah wajib menjalankan
kepemimpinan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Khalifah tidak
menjalankan fungsi kenabian, tugas utama mereka dalam hal keagamaan adalah
memimpin shalat jum’at di masjid Nabawi dan menyampaikan khutbah jum’at.
Tugas seorang khalifah
selain sebagai kepala Negara, dia juga menjabat sebagai panglima pasukan Islam
yang memiliki kewenangan luas dalam hal pemerintahan. Dalam sejarah, tugas Nabi
Muhammad Saw. Sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara diemban oleh empat
sahabat terdekatnya secara berurutan. Termasuk dalam tugas tersebut adalah
mengurus masalah keagamaan umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal
dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin
berarti para khalifah yang mendapat petunjuk. Keempat khalifah tersebut adalah
Abu Bakar As-Shiddiq (memerintah 632 – 834 M), Umar bin Khatab (634-644M),
Usman bin Affan (644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M).
1.
Abu Bakar As Shiddiq
a.
Biografi
Abu Bakar As Shidiq
Nama
asli beliau adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah
bernama Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi
Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini
diberikan karena ia adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab,
Bakar berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar sering kali dipanggil Atiq
atau yang tampan, karena ketampanan wajahnya. Sementara Nabi memberikan Abu
Bakar gelar As-Shidiq , dikarenakan dia
membenarkan kisah Isra’ Mi’raj nabi ketika banyak penduduk Mekkah
mengingkarinya. Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa lama setelah
Nabi
Muhammad
lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar sejak kecil bersahabat dengan
Nabi. Persahabatan keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun sesudah Islam
datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang
menegakkan agama Allah.Biarpun hidup pada zaman jahiliyah, berbagai kebaikan
telah melekat pada Abu Bakar sejak kecil. Lembut dalam bertutur kata, dan sopan
dalam bertindak merupakan beberapa sifat bawaannya. Ia juga perasa dan sangat
mudah tersentuh hatinya. Selain itu Abu Bakar dikenal cerdas dan berwasan luas.
Abu Bakar adalah seorang sahabat Nabi yang terkenal akan kedermawanannya. Demi
membela kaum muslimin yang tertindas di Mekkah, Abu Bakar tak segan-segan
mengeluarkan hartanya. Salah satu kisah terkenal yang menggambarkan
kedermawanannya tentu saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah dari tangan
majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf. Lewat perantara Abu Bakar, Allah memberi
pertolongan kepada hambaNya yang teguh imannya. Melalui perantara Abu Bakar
pula banyak penduduk Mekkah yang menyatakan diri masuk Islam, seperti Usman bin
Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqas, Zubair
bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah adalah beberapa sahabat yang masuk Islam
atas ajakan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal
Awwalun.
Setelah
masuk Islam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang paling kukuh, baik
ketika di Mekkah maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani nabi melakukan
hijrah ke Yatsrib (Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar tinggal di
Sunh, daerah di pinggiran kota Madinah. Di kota tersebut, Abu Bakar
dipersaudarakan dengan seorang dari suku Khazraj yang bernama Kharijah bin Zaid
dari Bani Haritsah. Di rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tingal. Hubungan kedua
orang ini bertambah erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah bernama
Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih
profesi dari pedagang kain menjadi petani.
b.
Proses terpilihnya Khalifah Abu
Bakar As Shiddiq
Setelah Rasulullah Saw. Wafat, kaum muslimin
dihadapkan sesuatu problema yang berat, kerena Nabi sebelum meninggal tidak
meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat.
Suasana wafatnya Rasul tersebut menjadikan umat Islam dalam kebingunan. Hal ini
karena Mereka sama sekali tidak siap kehilangan
beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang
mereka cintai.
Di
tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari Anshar yang
berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa
digunakan sebagai pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan
golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah tersebut dipimpin seorang sahabat yang
sangat dekat Rasulullah Saw., ia adalah Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku
Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan
wacana dan gagasan tentang siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai
pengganti Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin
kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan
Ansharlah yang telah banyak menolong
Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Quraisy.
Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui
oleh para sahabat dari golongan Anshar. Pada saat beberapa tokoh
Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan
sahabat muhajirin yang lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut,
mereka segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah. Dan pada saat orang-orang
Muhajirin datang di Saqifah Bani Sa’idah, kaum Anshar nyaris bersepakat untuk
untuk mengangkat dan membaiat Saad bin
Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat tersebut para tokoh Muhajirin juga
datang maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun, kaum
Muhajirin yang diwakili abu Bakar
menolaknya dengan tegas membaiat Saad bin Ubadah. Abu Bakar mengatakan
pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum
Muhajirin. Alasan Abu Bakar adalah merekalah yang lebih dulu memeluk Agama
Islam. Kaum Muhajirin dengan perjuangan yang berat selama 13 tahun menyertai
Nabi dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir
Quraisy di Mekkah. Dengan usulan Abu Bakar ra. Golongan Anshar tidak dapat
membantah usulannya.
Kaum
Anshar menyadari dan ingat, bagaimana
keadaan mereka sebelum Nabi dan para sahabatnya dari Mekkah mengajak masuk
Islam, bukankah di antara mereka sering
terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari sisi kualitas
tentu saja para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia terbaik dan yang
pantas menggantikan kedudukan Nabi dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum
muslimin. Pada saat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di
sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan
Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu di antara
keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar
sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon
usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya dan keduanya justru
balik menunjuk dan memilih Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayungkan
tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya.
Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan akhirnya
diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar Kecuali Saad bin Ubadah.
c.
Prestasi
Abu bakar sidik :
-
Memperluas daerah islam
-
Menghadapi orang murtad dan orang yang
tidak membayar zakat
-
Memberantas orang-orang yang menganggapnya
beliau sebagai nabi
-
Mengumpulkan ayat-ayat suci alquran yang
disalin menjadi mushaf
2. Umar
bin Khattab
a. Biografi
Umar bin Khattab
Umar
ibnu Khatab putera dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah satu kabilah
suku Quraisy. Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar ibnu Khatab dilahirkan. Ia
dibesarkan layaknya anak-anak lainnya. Memasuki usia remaja, Umar
menggembalakan unta ayahnya, Khatab bin Nufail, di pinggiran kota Me-kkah.
Selain bergulat, berkuda merupakan
keahlian Umar lainnya.. Secara fisik, tubuh Umar kekar, kulitnya putih
kemerah-merahan dan kumisnya lebat.
Seperti pemuda pada masa Jahiliyah lainnya, Umar
akrab dengan minuman keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat gigih dalam
membela agama nenek moyangnya. Tak akan ia biarkan orang, siapa pun dia,
mengusik agama nenek moyangnya. Maka ketika Rasulullah mulai mendakwahkan
Islam, Umar merupakan seorang yang sangat getol memusuhi Rasulullah. Pada waktu
masa awal dakwah Islam di Mekkah, bersama Abu Hakam bin Hisyam (Abu
Jahal), Umar merupakan tokoh Quraisy
yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin , karena kekejaman dan permusuhannya
terhadap Islam. Umar pernah menghajar seorang budak perempuan karena budak tersebut
memeluk Islam. Ia menghajar sampai capek dan bosan sendiri karena terlalu
banyak memukul. Sang budak akhirnya dibeli oleh Abu Bakar dan dibebaskan.
Karena begitu berbahanya kedua orang tersebut (Umar
bin Khatab dan Abul Hakam bin Hisyam) itu, sehingga Rasulullah pernah berdoa
kepada Allah agar salah satu dari keduanya masuk Islam. ”Allahumma ya Allah,
perkuatlah Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khatab” demikian
doa Nabi. Doa Nabi terkabul dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam.
Keislaman Umar terbukti membawa kemajuan pesat bagi Islam . Kaum muslimin
menjadi berani terang-terangan melakukan salat dan thawaf. Umar juga tidak
takut menantang paman sendiri, Abu Jahal, seorang paling membenci Islam. Ia
menemui Abu Jahal dan terang-terangan mengaku telah memeluk agama Islam. Karena
ketegasannya itu, Umar mendapat julukan ”Al Faruq” yang artinya pembeda antara
yang baik dan buruk.
Ketika Nabi memutuskan untuk hijrah ke Yastrib, Umar
bersma kaum Muhajirin lainnya berangkat mendahului Rasulullah dan abu Bakar. Di
kota Madinah, Umar dipersaudarakan dengan Utban bin Malik. Seperti Abu Bakar,
Umar juga ikut menggarap tanah subur Madinah untuk ditanami berbagai macam
tanaman.
Karena sifatnya yang tegas, tak jarang Umar mendebat
Rasulullah, seperti dalam Perjanjian Hudaibiyah. Sebab, ia merasa perjanjian
tersebut merugikan kaum muslimin. Namun di balik badannya yang kekar dan kuat
serta wataknya yang keras dan tegas, Umar menyimpan sifat lembut dan perasa.
Hatinya mudah tersentuh sampai menangis
terharu. Tak jarang para sahabat menyaksikan Umar menangis setelah shalat
karena teringat dosa-dosanya pada masa Jahiliyah.
b. Proses
pengangkatan dan gaya kepemimpinan Umar bin
Khattab
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang
bergerak menaklukan Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu bakar berfikir
untuk menunjuk satu orang penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin
Khatab. Pandangannya yang jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin
yang tepat untuk menggantikannya.
Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akan
menjadi penggantinya, Abu Bakar meminta penilaian dari para sahabat besar
mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid
bin Hudhair al anshari, said bin Zaid, dan para sahabat lain dari kalangan
Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya , para sahabat itu memuji dan menyanjung
Umar.
Setelah semua sepakat mengenai Umar, Khalifah abu
Bakar lantas memanggil Usman. Kepada Usman, Abu Bakar mendikte sebuah teks perintah yang menunjuk Umar sebagai
penggantinya, sebagai berikut :
”Bismillahirrahmanirrahiim”. Ini adalah pernyataan
Abu Bakar, khalifah penerus kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw., saat
mengakhiri kehidupannya di dunia dan saat memulai kehidupannya di akherat.
Dalam keadaan dipercayai oleh orang ka¿r dan ditakuti oleh orang durhaka,
sesungguhnya aku menganggkat Umar bin Khatab sebagai pemimpin kalian.
Bahwasanya ia adalah orang baik dan adil, sejauh pengetahuan dan pemnilaian
diriku tentangnya. Bilamana dia kemuaidan seorang pendurhaka dan zalim, sungguh
aku tidak pernah tahu akan hal yang bersifat gaib. Sungguh aku bermaksud baik
dan segala sesuatu bergantung pada apa yang dilakukan. Dan orang yang zalim
kelak akan mengetahui tempat mereka kembali”.
c. Prestasi Umar bin Khatab
-
Perluasan daerah kekuasaan islam
-
Membangun pemerintahan islam
-
Mengumpulkan tulisan-tulisan ayat suci
Al-Qur'an yang tersebar
3. Usman
bin Affan
a. Biografi
Usman bin Affan
Usman
bin Affan enam tahun lebih muda dari pada Nabi. Kabilahnya Bani Umayyah,
merupakan kabilah Quraisy yang dihormati karena kekayaannya. Kekayaan tersebut
mereka peroleh dari usaha perdagangan. Keluarga Usman juga kaya raya. Pada usia
remaja, Usman sudah mulai menjalankan usaha dagangnya ke berbagai negeri. Abu Bakar,
salah satu sahabat nabi dan sebagai teman dagang. Lewat Abu Bakar inilah Usman
masuk Islam.
Akhirnya
Usman menerima ajakan Rasulullah memeluk Islam tanpa ragu. Tidak berapa lama,
Usman menikah dengan Ruqayah, putri Rasululah Saw.. Keimanannya tak pernah
goyah bahkan ketika ia disiksa oleh salah seorang pamannya dari Bani Umayyah
untuk meninggalkan Islam dan kembali ke pangkuan agama nenek moyang.
Selain
sifatnya lemah lembut dan tutur katanya halus, Usman seorang laki-laki pemalu.
Suatu ketika, Rasulullah bersabda: “Hai umatku yang paling malu adalah Usman
bin Affan”. Karena kelembutannya banyak orang mencintai Usman. Karena pemalu,
Usman disegani dan dihormati banyak orang.
Gambaran
terkenal mengenai Usman adalah kedermawanannya, sehingga orang akan mengatakan
boros. Yang jelas, dia selalu siap
mendermawankan hartanya yang melimpah sama sekali tidak menjadikan Usman kikir.
Ia pernah menyumbangkan 300 ekor unta dan uang 1000 dinar ketika Nabi menyeru
kaum muslimin untuk melakukan ekspedisi ke Tabuk menghadapi tentara Byzantium.
Sejak
masuk Islam , Usman tidak bisa dipisahkan dari perjuangan menegakkan agama
Islam. Karena mendapatkan permusuhan yang sengit dari penduduk Mekkah,
Rasulullah menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Bersama istrinya, Usman
melakukan hijrah ke Habsyi.
Di
hadapan Rasulullah Usman mempunyai kedudukan mulia. Nabi sangat mengagumi
ketampanan Usman. Dan kemuliaan budi pekertinya. Karena itulah setelah Ruqayah
wafat, Nabi menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum salah satu putri Rasulullah.
Pernikahannya dengan dua putri Nabi inilah yang menjadikan Usman dijuluki Dzun
Nurain yang artinya pemilik dua cahaya. Sayangnya pernikahan dengan Umu Kulsum
juga tidak terlalu lama karena Ummu kulsum meninggal terlebih dahulu. Bagitu
sayangnya Nabi kepada Usman maka Nabi pernah berkata, “Seandainya aku punya
putri yang lain lagi, pasti akan aku nikah-kan juga dengan Usman”.
Kedudukan
Usman yang begitu mulia di sisi Nabi membuatnya sangat dihormati oleh kaum
muslimin. Pada masa Abu Bakar dan Umar, pendapat Usman senantiasa didengarkan
dan diperhatikan. Tidaklah mengherankan jika Umar bin Khatab menunjuknya
sebagai salah satu anggota Dewan syura. Lewat Dewan Syura itu pula Usman
diangkat sebagai khalifah ketiga.
b. Proses
Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Usman bin Affan
Pada
hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak mengimami
shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak dari Persia
milik Mughirah bin Syu’bah yang bernama Abu Lu’lu’ah Fairuz. Setelah penikaman,
Umar masih bertahan selama beberapa hari . Dalam keadaan sakit, ia membentuk sebuah dewan yang beranggotakan
enam orang yaitu antara lain Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin
Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan.
Dewan inilah yang dikenal dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota Dewan
Syura adalah para sahabat Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga saat
itu. Mereka semua harus bersidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang
menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah.
Sepeninggalan
Umar bin Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk me-nentukan pengganti Umar.
Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang. Sidang berjalan a lot
sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Ab-durrahman bin Auf,
Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan
diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa hanyalah Ali bin Abu
Thalib dan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika dibaiat, usia Usman bin
Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abu Thalib sebagian
karena pertimbangan usia.
Setelah
dibaiat, Usman berkhutbah di depan kaum muslimin : “Sesungguhnya kalian
berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk
menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan
sebelum ajal datang menjemput. Sungguh ajal tidak pernah sungkan datang
sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam. Ingatlah
sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya. Jangan kalian terpedaya oleh kemilau
dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah.
Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian”.
Sebelum
menjadi khalifah, Usman adalah seorang dermawan. Ketika menjadi khalifah,
kedermawanan Usman tidak lantas berkurang. Ia tetap menjadi dermawan seperti
sebelum menjadi khalifah, bahkan menjadi lebih dermawan. Dia menaikkan
tunjangan untuk kaum muslimin demi kesejahteraan mereka. Harta kekayaan berupa
jizyah dan harta rampasan perang yang didapat dari daerah taklukan digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin.
Selain
dermawan, Usman juga seorang yang lemah lembut. Meskipun demikian, khalifah
Usman juga seorang yang teguh hati. Misalnya, dia segera mengirimkan pasukan
untuk mengamankan wilayah-wilayah yang memberontak terhadap kekuasaan Islam.
c. Prestasi Usman bin Afan :
-
Memperluas daerah kekuasaan islam
-
Membangun angkatan laut
-
Penulisan ayat-ayat suci Al-Quran
4. Ali
Bin Abi Thalib
a. Biografi
Ali bin Abi Thalib
Ali
bin Abu Thalib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar
tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah
binti Asad. Ketika lahir ibunya memberi nama haidar yang artinya singah. Namun
sang ayah lebih suka menamainya Ali artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib adalah
kakak Abdullah ayah Nabi Muhammad. Jadi Ali dan Muhammad adalah saudara sepupu.
Sejak kecil Ali hidup serumah dengan Muhammad Saw., berada di bawah asuhannya.
Nabi tentu saja ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Ketika dalam asuhan sepupunya inilah,
Ali mendapat cahaya kebenaran yakni Islam. Tanpa ragu sedikit pun ia memutuskan
untuk menyatakan beriman kepada Allah dan RasulNya. Keputusan ini dilakukan
ketika Ali masih kecil, ketika umurnya baru 10 tahun. Secara keseluruhan, ia
adalah orang ketiga yang memeluk Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak.
Di
bawah asuhan Rasulullah Saw., Ali tumbuh berkembang. Segala kebaikan perilaku
diajarkan oleh Nabi kepada sepupunya. Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas,
pemberani, tegas, juga lembut hati dan sangat pemurah. Kecerdasannya sangat
menonjol. Ia merupakan sahabat Nabi yang paling faham tentang Al-Qur’an dan
Sunnah, karena merupakan salah satu sahabat terdekat Nabi. Ia menerimalangsung
pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah dari Rasulullah Saw.. Setelah hijrah ke
Madinah, Ali bekerja sebagai petani, seperti Abu Bakar dan Umar. Dua tahun
setelah hijrah, Ali menikah dengan Fatimah az Zahra, putri kesayangan
Rasulullah Saw.. Dari pasangan inilah lahir dua cucu Rasulullah Saw. Yang
bernama Hasan dan Husain.
Dari
Madinah, bersama Nabi dan kaum muslimin lainnya berjuang bersama sama. Ali
hampir tidak pernah absen di dalam mengikuti peperangan bersama rasulullah,
seperti perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar dan pembebasan kota Mekkah.
Pada
ekspedisi ke Tabuk, Ali tidak ikut dalam
barisan perang kaum muslimin atas perintah Nabi. Ali diperintahkan tingal di
Madinah menggantikannya mengurus keperluan warga kota. Kaum munafik menebarkan fitnah
dengan mengatakan bahwa Nabi memberi tugas itu untuk membebaskan Ali dari
kewajiban perang. Mendengar hal tersebut, Ali merasa sedih, dengan pakaian
perang lengkap, ia menyusul Rasulullah
Saw. Dan meminta izin bergabung dengan pasukan.
Namun
Nabi Saw. Bersabda : “Mereka berdusta. Aku memintamu tinggal untuk menjaga yang
kutinggalkan. Maka kembalilah dan lindungilah keluarga dan harta benrdaku.
Tidakkah engkau bahagia, wahai Ali, bahwa engkau di sisiku seperti Harun di
sisi Musa. Ingatlah bahwa sesudahku tidak ada Nabi.” Dengan patuh Ali kembali
ke Madinah.
Sepeninggal
Nabi Saw., Ali menjadi tempat para sahabat meminta pendapat. Begitu terhormat
posisi Ali di mata umat Islam. Bahkan Abu Bakar, Umar dan Usman ketika menjabat
sebagai khalifah tidak pernah mengabaikan nasehat-nasehat Ali. Meskipun tegas
dankeras dalam setiap pertempuran, namun Ali memi-liki sifat penyayang yang
luar biasa. Ali tak pernah membunuh lawan yang sudah tidak berdaya. Bahkan ia
pernah tak jadi membunuh musuhnya dikarenakan sang musuh meludahinya, sehingga
membuatnya marah.
b. Proses
Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Ali bin Abu Thalib
Pada
saat kaum pemberontak mengepung rumah Khalifah Usman, Ali mengutus dua putra
lelakinya yang bernama Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Khalifah Usman.
Namun hal itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa Khalifah Usman dan juga
kaum muslimin. Khalifah Usman terbunuh secara keji pada tanggal 17 Juni 656 M.
Beberapa
sahabat terkemuka seperti Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah, ingin
membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa dialah yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum mengambil tindakan apa pun. Keadaan
begitu kacau dan mengkhawatirkan sehingga Ali pun ragu-ragu untuk membuat suatu
keputusan dan tindakan. Setelah terus menerus didesak, Ali akhirnya bersedia
dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni 656 M, bertempat di Masjid NabawiAli
bin Abu Thalib adalah seorang perwira yang tangkas, cerdas, tegas teguh
pendirian dan pemberani. Tak ada yang meragukan keperwiraannya. Berkat
keperwiraannya tersebut Ali mendapatkan julukan Asadullah, yang artinya singa Allah. Karena ketegasannya,
ia tidak segan-segan menggati pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi
kepentingan umat Islam. Ia juga tidak segan-segan memerangi mereka yang
melakukan pemberontakan. Di antara peperangan itu adalah Perang Jamal dan
Perang Siffin. Berkat ketegasan dan keteangkasannya, perang Jamal dapat
dimenanginya. Namun dalam perang Siffin, Khalifah Ali tertipu oleh muslihat pihak Mu’awiyah. Ali hampir
memenangi, namun pihak Muawiyah meminta kepada Ali agar diadakan perjanjian
damai yang disebut perjanjian di Daumatul Jandal.
c.
Prestasi Ali bin Abi Tholib :
-
Membasmi pembangkang kekhalifahan
-
Memecat gubernur yang diangkat khalifah
sebelumnya